Rabu, 29 Agustus 2018

Past Perfect Tense


Past Perfect Tense
The past perfect, also called the pluperfect, is a verb tense used to talk about actions that were completed before some point in the past.
We were shocked to discover that someone had graffitied “Tootles was here” on our front door. We were relieved that Tootles had used washable paint.
The past perfect tense is for talking about something that happened before something else. Imagine waking up one morning and stepping outside to grab the newspaper. On your way back in, you notice a mysterious message scrawled across your front door: Tootles was here. When you’re telling this story to your friends later, how would you describe this moment? You might say something like:
I turned back to the house and saw that some someone named Tootles had defaced my front door!
In addition to feeling indignant on your behalf, your friends will also be able to understand that Tootles graffitied the door at some point in the past before the moment this morning when you saw his handiwork, because you used the past perfect tense to describe the misdeed.
The Past Perfect Formula
The formula for the past perfect tense is had + [past participle]. It doesn’t matter if the subject is singular or plural; the formula doesn’t change.
When to Use the Past Perfect
So what’s the difference between past perfect and simple past? When you’re talking about some point in the past and want to reference an event that happened even earlier, using the past perfect allows you to convey the sequence of the events. It’s also clearer and more specific. Consider the difference between these two sentences:
We were relieved that Tootles used washable paint. We were relieved that Tootles had used washable paint.
It’s a subtle difference, but the first sentence doesn’t tie Tootles’s act of using washable paint to any particular moment in time; readers might interpret it as “We were relieved that Tootles was in the habit of using washable paint.” In the second sentence, the past perfect makes it clear that you’re talking about a specific instance of using washable paint.
Another time to use the past perfect is when you are expressing a condition and a result:
If I had woken up earlier this morning, I would have caught Tootles red-handed.
The past perfect is used in the part of the sentence that explains the condition (the if-clause).
Most often, the reason to write a verb in the past perfect tense is to show that it happened before other actions in the same sentence that are described by verbs in the simple past tense. Writing an entire paragraph with every verb in the past perfect tense is unusual.
When Not to Use the Past Perfect
Don’t use the past perfect when you’re not trying to convey some sequence of events. If your friends asked what you did after you discovered the graffiti, they would be confused if you said:
had cleaned it off the door.
They’d likely be wondering what happened next because using the past perfect implies that your action of cleaning the door occurred before something else happened, but you don’t say what that something else is. The “something else” doesn’t always have to be explicitly mentioned, but context needs to make it clear. In this case there’s no context, so the past perfect doesn’t make sense.
How to Make the Past Perfect Negative
Making the past perfect negative is simple! Just insert not between had and [past participle].
We looked for witnesses, but the neighbors had not seen Tootles in the act. If Tootles had not included his own name in the message, we would have no idea who was behind it.
How to Ask a Question
The formula for asking a question in the past perfect tense is had + [subject] + [past participle].
Had Tootles caused trouble in other neighborhoods before he struck ours?
Common Regular Verbs in the Past Perfect Tense
past perfect chart 1
Common Irregular Verbs in the Past Perfect Tense
past perfect chart 2
*The past participle of “to get” is “gotten” in American English. In British English, the past participle is “got.”


TUGAS BAHASA INGGRIS LINTAS MINAT
PAST PERPECT





Nurhasanah
Adelia
Hudori
M. Andrian




SMAN 12 KAB TANGERANG


ZAMAN PRASEJARAH

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQb-7eeh2LSfBtobJXC-_avG0m7hITMgGyuyt9MIuvkZ5vEbk0uTN5ePiWx6pOJfhCCBwz84-VJY_a_WvUVY8piKcNFMiHPxnGzKWXuPqLvg6IAAfmameQbsfvJyzcMZD_DCe_9Ck18c4/s200/images.jpg


 
    Setelah pada postingan yang lalu saya menjelaskan tentang 
Pengertian Manusia Purba, sekarang saya akan menjelaskan tentang salah satu Manusia Purba yang ada di Indonesia, yaitu Meganthropus Paleojavanicus. Jika anda belum tau pengertian Manusia Purba yang sebenarnya, anda bisa membacanya di postingan yang judulnya Pengertian Manusia Purba. OK, langsung saja saya mulai pembahasan tentang Meganthropus Paleojavanicus.

   Berbagai jenis fosil manusia purba telah ditemukan di Indonesia. Antara lain di Jawa, Sumatra Utara, Aceh, Flores, Sulawesi Selatan Bahkan di Kalimantan Selatan. Namun penemuan fosil manusia banyak terdapat di Pulau Jawa, terutama di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia Antara lain Pithecanthropus Erectus, Homo, dan yang akan saya bahas kali ini, yaitu Meganthropus Paleojavanicus.

   Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini:
1.   Mega yang artinya adalah "besar".
2.   Anthropus yang artinya adalah "manusia".
3.   Paleo yang artinya adalah "paling tua/tertua".
4.   Javanicus yang artinya adalah "Jawa".
    Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "manusia bertubuh besar yang paling tua dari Pulau Jawa". Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut:
1.   Memiliki tulang rahang yang kuat
2.   Tidak memiliki dagu
3.   Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
4.   Berbadan besar dan tegap
    Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Oleh karena temuan-temuan dari fosil Meganthropus ini masih sangat sedikit, maka sukar menempatkan dengan pasti kedudukannya dalam evolusi manusia dan hubungannya dengan Pithecanthropus. Selesailah postingan ini semoga menambah ilmu dan bermanfaat bagi anda. Lain kali saya akan posting mengenai manusia purba yang lain.

Meganthropus paleojavanicus
Pengertian
Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3HXi4ucD85xU32Vqc11zB1PEFasyxk8_GjU2x0cUB2DXR08NWkpoFUM1dlW8cLVVK4mAsDo8bzGkSzzpjpwM3u3lEMBIe2_96tCpU9s4Pk5qdUSKuHeCHRHiF1syFONqcHtqBG1TMnnKD/s1600/Meganthropus+Palaeojavanicus.png1.      Mega yang artinya adalah "besar".
2.      Anthropus yang artinya adalah "manusia".
3.      Paleo yang artinya adalah "paling tua/tertua".
4.      Javanicus yang artinya adalah "Jawa".
    Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "manusia bertubuh besar yang paling tua dari Pulau Jawa".
Sejarah
Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.
Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.
Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu, di masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia purba lainnya.
Ciri Ciri :
•      Memiliki tulang rahang yang kuat
•      Tidak memiliki dagu
•      Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
•      Berbadan besar dan tegap
•      Tonjolan tulang pipi yang tebal,
•      Tonjolan kening tebal
•      Memiliki otot-otot kuat
•      Termasuk sebagai pemakan tumbuhan
Pola kehidupan
Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.
     Budaya
Pada saat itu meganthropus hidup pada zaman batu tua (Paleolithikum) 
Kehidupan manusia purba pada saat itu belum memiliki tempat tinggal yang tetap atau nomaden.
·         Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
·         Hasil Kebudayaan yang lainya Zaman batu tua (ringkasan)
-    Kebudayaan Pacitan
-    Kapak Genggam
-    Kapak Perimbas
-    Alat serpih (Flake)
-    Kebudayaan Ngandong
-    Kapak Genggam
-    Alat-alat tulang dan tanduk rusa
-    Alat serpih (Flake)    -    Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gayhering)
·         Manusia Pendukung
Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
·         Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).
2. Pithecanthropus
  http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSr2I6D9Im_geJQRjtnFL75hqYISS2hdm5LMQSa70ITSQvEeg8&t=1&usg=__5zVx3dbtwysT7q7WFmfZyxofryg=
Fosil Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala,
tetapi makanannya belum dimasak. Pithecanthropus terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a) Pithecanthropus Mojokertensis
  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg39AwYTyRukzxRmoGFpAQErd9DAn_YvPlc5_OGZfLnGHm4HFx6JoD54qaFkH38kdAmZFHY_5C117e5ev6Nfmzs95Dhn-WMaNhrwvJF4MaD2TwT8yIOIN5oc1VL4MlMBIz399CDAq6VgRo/s320/bpurba.jpg
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh Von Koenigswald di desa Perning, Lembah Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur pada lapisan Pleistosen Bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis Berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.

b) Pithecanthropus Robustus
  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqEGkRFWAjlQ0P0exRX2Fm9YgwykZkQbV675ih_sFZJXq5yLTGAPzOvRmd79Nxp91YDFlIg4ITrqBogxq8xkB6Be4vvKRifcJTqBzSa8kYVJQ6bQypaW_337HYmalM4cZzBPjKnBd3zRk/s400/manusia_purba_Pithecanthropus_Erectus.jpg
Fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

c) Pithecanthropus Erectüs
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1wH_GRnO3MKha_1-XgK34yoz7kKvleMTDj7F2R-q9iDxZZwhd1ba0BecPv0UGWsB6SgNsOILMOxNvsCryT_gDgxHXAwVXUph-cTkpn1h4QAl_8kC92txPIenvrO1bPsiisJmG-21pVxu/s1600/sangiran171.jpg
Fosil jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun 1890 berasal dari lapisan Plestosen Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.
. Homo Sapiens
  
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSps3CCL3R2fQvXx04H6iaspfBgyepvvHAMTIS8g4iJrhRuUAk&t=1&usg=__WmSEZtO4kqPMNomAgqlXm_3bNGU=
Jenis kaum homo yang ini telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang dan juga memiliki sifat seperti manusia sekarang tetapi masih memiliki Kehidupan yang sangat sederhana, dan tentunya hidup mengembara(nomaden). Jenis Kaum Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
- homo Soloensis
- homo sapiens wajakensis
  • Homo soloensis
  http://www.joglosemar.co.id/solo/homoslo.gif
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.